Tanah berdebu di Asia Tengah
Ditakdirkan menjadi sobekan-sobekan walang
Dipanggang perih bara bernama perang
Tanah keringmu garing dalam marak nyala
silih berganti
Ratusan ribu nyawa melayang, jutaan pula
jiwa meronta
Padang kontang langit kelabu tersangkut
di bahu gunung-gunungmu
Menjadi saksi kesakitan abadi dekad ke
dekad sengsara yang melarat.
Cerita nestapamu bilakah akan terhenti
Ketika anak-anak kecilmu ditewaskan,
ibu-ibu tua dirundung rawan
Perebutan ini sangat jahat, api kekejaman
di mana-mana melarat
Rintih duka, rawan hiba menjadi kolaj
comot tergantung di birai sejarah
Sejarah mengalir dalam merah darah cair
Para pahlawanmu pergi tak pulang di bawah
runtuhan gelimpangan
Lelaki tua raungnya hilang suara, zionis
menjalarkan cakarnya mengoyak-ngoyak tanah pusaka.
Aduh Palestin yang mengaduh
Perlindungan itu bukan untukmu, pembelaan
itu tertangguh lagi di lidah yang kelu
Bangsa-bangsa Bersatu itu bisu,
Bangsa-bangsa Bersatu telah batu
Satu suara tak pun kedengaran betapalah
sirna ia di puncak menara
Seratus suara dikelamkan muslihat
digulung dilipat di sidang khianat
Biar luka berderai biar tubuh berkecai,
telah kematian segala simpati, telah lesu
di sana kemanusiaan yang terperi.
Aku mahu nyanyikan lagu untuk saujana
tanah abadimu yang kau rindu
Pada malam-malam bening di bawah langit
pekat yang tiba-tiba berapi dari neraka
Aku mula mendengar tempik pahlawanmu yang
tak terkalahkan
Mereka menyerbu, merempuh soldadu dalam
ronta kepayahan
Para mujahidmu oh kau lepaskan saat
sekelilingmu mengecilkan diri
Palestin kami bersamamu kami dahan untuk
pautmu
Sedang sempadan rakus mereka koyak kami
di sini bersama mengirimkan esak.
Kami di sisimu izinkan meriba nestapa
purba
Ingin benar kami membalut semua luka sukma
Api Zionis itu sambarnya sinis
Cengkam bumi kalbu dan batinmu terhiris
Teguhkan azam kentalmu, bentengkan juga
sempadan terakhirmu
Kutahu keimanan ketaqwaan tak pernah
goyah tak akan terpatah,
API KEANGKUHANMU ITU !!!”
.....
Assayidat Lailah
9.50pm, 15 Februari 2013
Audi Pentadbiran Kuis